Koneksi internet sudah menjadi kebutuhan, tak bisa ditawar. Akses internet merata dan stabil diperlukan masyarakat untuk mengakses konten, informasi dan hiburan.

Setidaknya, isu ini menjadi bagian dari pengalaman para pengguna HarukaEdu. Sebagai situs e-learning, HarukaEdu memerlukan koneksi stabil untuk mendukung aktivitas belajar online.

“Ada mahasiswa kami yang sampai pakai 3 SIM card. Untuk backup, jaga-jaga ketika koneksinya jelek, dia ganti ke SIM card lainnya. Ini terjadi pada mahasiswa yang berada di luar Jakarta. Kalau sekitar Jakarta sejauh ini lancar,” kata CEO HarukaEdu Novistiar Rustandi.

Ditemui di acara Google Launchpad Accelerator, Novistiar berbagi pengalamannya mengurus startup. Bagi Novistiar dan timnya, belum merata dan stabilnya koneksi internet jadi salah satu tantangan yang harus mereka selesaikan.

“Masalah ini secara teknis kami atasi dengan membuat situs lebih ringan dan bisa diakses untuk kecepatan internet yang lambat. Kita juga ingin buat materi-materi perkuliahan bisa diakses offline,” ujarnya.

Mengenai HarukaEdu sendiri, startup yang didirikan pada 2013 sudah terbilang berkembang dengan keistimewaannya di area e-learning. HarukaEdu adalah sebuah startup pendidikan yang membantu universitas dan institusi pendidikan lainnya di Indonesia untuk mentransform program kuliah tatap muka (offline) menjadi program kuliah e-learning yang berkualitas, terjangkau, serta bisa diakses di manapun mereka berada.

Dikatakan Novistiar, dari 111 juta pekerja di Indonesia, hanya sekitar 7,5 juta bergelar sarjana, sisanya adalah lulusan Diploma dan SMA. Masalahnya, kebanyakan perusahaan menjadikan gelar sarjana sebagai penyaring pertama saat menerima kerja.

“Yang Diploma dan lain-lain sebenarnya punya kemampuan untuk menempati posisi yang ditawarkan. Tapi karena sibuk bekerja, mereka gak bisa kuliah. Jadi bagaimana caranya agar para profesional ini bisa tetap bekerja sambil kuliah online,” ujarnya.

Melalui HarukaEdu, mahasiswa dibantu belajar dengan waktu yang fleksibel, mengikuti jadwal bekerja mereka. Ini menurutnya sangat menolong bagi profesional yang jam kerjanya tidak tentu, misalnya pramugari.

“Sistem pembelajaran online sama dengan belajar di kelas. Mahasiswa perlu menonton video materi yang disediakan kampus, dosen hadir dua kali seminggu untuk menjawab pertanyaan mahasiswa dan berdiskusi. Ada kuis, ulangan tengah semester, akhir semester dan skripsi untuk mendapatkan ijazah,” paparnya.

Saat ini HarukaEdu sudah bekerjasama dengan tiga perguruan tinggi yakni London School of Public Relations (LSPR), Universitas Wiraswasta Indonesia (UWIN), dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI).

HarukaEdu juga memiliki portal pendidikan online yang memungkinkan pengguna mengikuti berbagai macam pendidikan formal maupun informal secara online seperti kelas online, kuliah online, dan sertifikasi online.

HarukaEdu menargetkan di 2016 bisa menerima 2.500 mahasiswa online. Saat ini ada 500 mahasiswa dari ketiga universitas yang digandeng mengikuti kelas belajar di HarukaEdu. Selain kelas berbayar, layanan yang tersedia di website maupun mobile ini juga membuka sejumlah kelas gratis.

HarukaEdu terpilih sebagai salah satu dari 8 startup potensial asal Indonesia yang masuk dalam program Google Launchpad Accelerator. Bersama tujuh startup lainnya, Novistiar mendapatkan mentoring dari para ahli di markas besar Google di Mountain View, California, Amerika Serikat.

sumber: detik.com

Leave a Comment